Anak adalah
individu yang unik. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak adalah jembatan
yang harus dilalui untuk mencapai masa dewasa agar dapat berperan di
masyarakat, menjadi estafet kepemimpinan bangsa , dan menjadi benih yang akan
menjadi pohon penyejuk untuk menaungi panasnya suhu bangsa. Akan tetapi, jika
benihnya adalah ilalang, maka akan menjadi penghalang. Maksudnya, jika
anak-anak bangsa terpuruk moral dan perilakunya karena zaman, maka bukan akan menjadi
penyejuk tapi akan menjadi beban bangsa ini dan terus pada keterpurukannya. Hal
lain yang perlu diingat bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak berbeda
dengan segala keunikannya. Pertumbuhan akan mudah dinilai dari perubahan fisik.
Dan perkembangan sebagai proses menuju kedewasaan inilah yang menjadi aspek
pembentukan pribadi. Keduanya penting, sama halnya dengan pentingnya sehat
fisik dan psikis.
Berita yang mendunia tidak menyangkal bukti
bahwa Indonesia tengah sakit, anak-anak di dunia terkhusus Indonesia yang
tengah sakit. Tidak salah mengartikannya karena definisi sehat menurut WHO
adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang
tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Oleh
karena itu, Indonesia membutuhkan dokter handal yang mampu menyelamatkan
anak-anak ini dari ancaman penyakit era modern dengan menjalankan fungsi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter itu dapat berawal dari
rumah sebagai madrasah pertama atau dokter pendidikan di sekolah-sekolah umum
bahkan dengan penguatan fungsi agama sebagai ideologi hidup manusia. Perlu
diingat bahwa penyakit yang mewabah bukan soal fisik semata. Selain itu
parameter keberhasilan dapat diprediksi jika semua lini struktural terlibat, bahu
membahu membasmi parasit jenis baru ini. Namun sebaliknya jika kita semakin
larut menikmati kejayaan semu yang ditawarkan zaman tanpa antisipasi
dampak-dampak buruknya, parameter kehancuran bangsa juga dapat diprediksi,
karena sakitnya para generasi emas bangsa.
Kesulitan akan kita dapati terkait
definisi anak berdasarkan usia karena setiap negara mempunyai batasan
tersendiri. WHO(2003) mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun. Dan
menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan dan Pengadilan Anak, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.
Namun yang perlu diperhatikan, bahwa anak kecil, remaja, atau mahasiswa adalah
anak-anak bangsa, yang lahir dalam asuhan ibu pertiwi. Kalian bahkan penulis
adalah penerus kepemimpinan ini.
Adapun permasalahan anak Indonesia sangat kompleks sehingga perlu pembahasan yang lebih banyak. Beberapa data statistik dapat menjadi gambaran wajah Indonesia.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional(BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku tingkat pendidikan SD sampai tahun 2007 berjumlah 12.858 korban. Data terbaru tahun 2013, pemakai narkoba mencapai 3,6 juta dan 22% berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena meningkatnya kasus narkoba, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Laporan tentang perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sangat mencengangkan. Kasus HIV baru yang dilaporkan dari Juli-September 2012 sebanyak 5.489 kasus, dengan distribusi kelompok umur 25-49 tahun (73,7%) diikuti kelompok umur 20-24 tahun(15,0%) dan kelompok umur >50 tahun (4,5%). Sedangkan kasus AIDS baru yang dilaporkan adalah 1.317 kasus. Dan distribusi penderita HIV/AIDS paling banyak adalah di DKI Jakarta dengan penyumbang besar kasus ini meliputi seks bebas dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba.
Kita akan bernapas lega karena tidak ada rentang usia anak dalam data tersebut. Lalu benarkah seperti itu keadaannya? Ada kontradiksi data BNN dan laporan perkembangan HIV/AIDS di Indonesia. Kita mungkin lupa, bahwa HIV/AIDS akan bermanifestasi lima sampai sepuluh tahun setelah terinfeksi. Jadi jika kasus baru kelompok umur 20 tahun muncul pada lima tahun pertama, maka saat usia 15 tahun telah terinfeksi virus ini. Penyakit HIV/AIDS hingga sekarang belum bisa disembuhkan dengan angka morbiditas dan mortalitasnya sangat tinggi.
Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia kala ini adalah double burden kesehatan anak, yaitu masalah gizi. Kabar penderita gizi buruk walaupun sporadis selalu muncul dari waktu ke waktu, dari dulu hingga sekarang. Permasalahan ini erat kaitannya dengan kemiskinan dan pemerataan pembangunan. Jadi, tidak adil jika terus menyalahkan pemerintah. Namun juga sangat tidak adil jika masalah ini terus menerus tidak terpecahkan, karena ini juga menyangkut masa depan anak Indonesia. Penyelesaian masalah ini terus diupayakan, salah satunya dengan MDGs(Millenium Development Goals) atau dkenal dengan delapan tujuan pembangunan milenium yang salah dua aspeknya adalah memberantas kemiskinan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Parameter keberhasilannya bisa kita lihat pada 2015 mendatang dan gambaran kemajuannya kita bisa lihat sekarang.
Yuk back to nature
Back
to nature bukan berarti tidak menerima kemajuan. Banyak sekali hal baik
dari negara lain yang bisa kita contoh seiring sempitnya batas antar negara
karena globalisasi. Misalnya kedisplinan bangsa Jepang dan kemajuan
negara-negara Eropa Amerika dalam memanfaatkan
teknologi. Back to Nature atau
dalam bahasa Indonesianya adalah kembali ke alam. Maksudnya bisa mengembalikan
lagi fungsi keluarga,nilai, norma, dan agama untuk dapat memfilter pengaruh
buruk dan ancaman penyakit era modern. Dalam hal lifestyle, pentingnya edukasi untuk mempromosikan makanan sehat dan
olahraga. Lagi-lagi, mari bentuk dokter handal dari kelurga. Pembentukan
karakter individu kuat juga akan mampu menguatkan komunitasnya. Mulai dari diri
sendiri.
Dalam
pertanyaan, apakah akan berhasil cara kuno seperti itu di tengah parahnya carut
marut bangsa. Tugas kita sebagai bagian dari bangsa ini adalah berusaha, bahkan
lebih tepatnya dengan mulai membangun diri sendiri menjadi pribadi yang sehat. Selain itu perlu ditekankan, bahwa tidak bisa
hanya satu orang yang berperan. Semua lini harus terlibat untuk pembangunan
negeri ini. Sehingga anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa adalah anak
yang sehat.
Hal penting yang perlu
diingat urgennya peran keluarga, yuk para muslimah menyiapkan diri untuk
menjadi madrasah terbaik untuk anak, ^_^
Salam sehat anak bangsa
by Nuraidah
Departemen Humas IT
0 comments:
Posting Komentar
Komen disini ya