Selasa, 29 April 2014

Agenda Muslimah : Muscina 2014

Posted by DEW 1 FULDFK on 07.51 with 4 comments

Di penghujung Maret, Bidang Keputrian FSI Ibnu Sina FK Unila menyelenggarakan acara tahunan yang bernama Muscina (Muslimah Cerdas ala Ibnu Sina)
Kali ini kami mengangkat tema, ”Sebaik-baik Perhiasan Dunia, Semulia Bidadari Syurga”
Muscina adalah sebuah acara kemuslimahan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap muslimah agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik, bermanfaat dan produktif melalui seminar dan talk show.
Sejalan dengan tujuan tersebut, maka kami memadukan tiga acara yang dikemas cantik dalam satu hari.
Muscina tahun ini diadakan pada Hari Sabtu 29 Maret 2014 bertempat di Gedung C FK Unila lantai 3.
Setelah melalui berbagai persiapan sebelum hari H, Here comes this day..
Panitia sudah stand by sejak pukul 06.00 pagi.
Pukul 07.00 peserta sudah mulai berdatangan untuk registrasi.
Di sepanjang rute menuju tempat acara, panitia menyajikan beberapa hal  menarik; photobooth dengan latar sayap peri, testimoni dalam papan, dan selembar kain untuk ditandatangani sebagai pernyataan dukungan jilbab syar’i.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana , Sartika Safitri, Ketua Umum FSI Ibnu Sina, Gulbuddin Hikmatyar, dan dibuka secara resmi oleh Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Dr. Sutyarso, M. Biomed.



Acara pertama adalah Seminar Kesehatan oleh dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp. OG dengan materi “Muslimah Cerdas Mewaspadai Kanker Serviks”.

dr. Ratna selaku narasumber menyampaikan materi dengan sangat apik. Beliau memaparkan kondisi zaman ini, banyak sekali wanita yang menunjukkan lesi pre-kanker pada serviksnya padahal usianya masih sangat belia. 

Dokter cantik ini mengaitkan tentang keistimewaan wanita muslimah dalam islam yang secara otomatis menjauhkan dirinya dari hal-hal yang menimbulkan kemudhorotan seperti  larangan menikah kontrak, berhubungan pra nikah, dan memakai pakaian yang ketat.
Beliau juga memberikan tips-tips mencegah kanker serviks dengan bahasa yang menarik dan mudah dimengerti sehingga para peserta yang berasal dari FK maupun non-FK mengangguk faham.
Acara kedua yaitu talk show interaktif bersama Forum Lingkar Pena dengan tema “Muslimah Produktif dengan Menulis”.  Kami mendatangkan dua narasumber  yakni Mba Naqiyyah Syam selaku ketua FLP Lampung dan Mba Maya Upitasari yang merupakan anggota FLP Australia.

Acara diawali dengan pemutaran video perkenalan dari FLP dilanjutkan dengan tanya jawab seputar tulis-menulis yang diperantarai oleh sang moderator, seorang dokter muda bernama Nora Ramkita.
Tak terlihat peserta yang bosan atau mengantuk, semuanya antusias mendengarkan paparan narasumber. Beliau berdua berbagi  cerita mulai dari pengalaman pertama mereka di dunia tulis-menulis hingga bagaimana agar dapat menuai karya yang bermanfaat untuk kebaikan ummat dengan menulis.
Siang beranjak, peserta semakin bersemangat meraih ilmu dan.. doorprize :D

Setelah Ishoma, tibalah acara puncak yakni Seminar Kemuslimahan dengan tema “Your Beauty Starts From Syar’i”. Kami mendatangkan pemateri langsung dari depok.

Beliau adalah Mba Amalia Dian Ramadhin yang akrab disapa Mba Amal. Beliau adalah founder Tim SPJ (Solidaritas Peduli Jilbab) serta admin dari @pedulijilbab dan @jilbabwalimah.
Acara diawali dengan perkenalan dan sejarah lahirnya @pedulijilbab dan dilanjutkan dengan materi  “Your Beauty Starts From Syar’i.
Meski sudah siang para peserta sangat antusias menyimak pesan-pesan indah dalam rangkaian kalimat yang disampaikan mba Amal. Beberapa peserta meneteskan air mata haru mendengar cerita penuh hikmah yang disampaikan Mba Amal.
Waktu terus bergulir, acara terkahir pun berakhir sudah. Setelah pemberian plakatdan cinderamata khas Lampung kepada pemateri, acara ditutup dengan do’a dan foto bersama.

Berakhirlah rangkaian acara Muscina tahun ini dengan kesan yang amat berarti.
Semoga setelah acara ini para muslimah dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat. Bagi yang belum berjilbab segera berjilbab, bagi yang sudah berjilbab menjadi syar’i, dan bagi yang sudah syar’i semoga senantiasa istiqomah. Aamiin. 

Hanifah Rahmania
(Kemuslimahan DEW 1)




Senin, 21 April 2014

Saudara Dakwah

Posted by DEW 1 FULDFK on 09.06 with No comments
Perjalanan ini, suka atau tidaknya, jauh atau panjangnya, tak akan pernah kita alami sendirian. Begitupula dengan kehidupan, berat atau ringannya, kita akan didampingi oleh beragam orang yang menghiasi segala jejak perjalanan. Bisajadi, mereka hanya sebentar, sekedar digunakan untuk bertanya, “Dimana lokasi Gramedia Ciputat?” Atau, “Bagaimana caranya menjadi hacker?” dan sebagainya. Atau, bisa jadi orang itu mendampingii kita dalam waktu yang lama, atau mungkin sangat lama.
            Oleh karenanya, izinkan saya mengganti kata teman kata saudara. Sahabat, kata itu menjadi satu kata indah, kata yang dahulu Rasulullah sematkan kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Saudara. Persaudaraan. Bahkan, Rasulullah menyampaikan sendiri apa itu makna persaudaraan
Kata beliau, “Belalah saudaramu, baik ia berlaku aniaya, maupun teraniaya.” Ketika beliau ditanya oleh seseorang, “Bagaimana cara membantu orang yang menganiaya?” Jawab beliau, “Engkau halangi dia agar tidak berbuat aniaya, yang demikian itulah pembelaan baginya.” (Hr. Bukhari melalui Anas bin Malik)
Saudara. Dialah yang membantu kita dalam mengarungi perjalanan ini. Kedekatannya seakan-akan ia adalah bagian dari keluarga kandung kita. Padahal, jika kita ingat, perkenalan kita mungkin hanya beberapa tahun, atau bisa baru beberapa bulan. Tapi kepercayaan, pandangan mata teduh itu, senyum yang tersajikan, lisan nasihat itu, rasanya seperti sudah bertemu mereka pada masa sebelumnya dan kemudian dipertemukan lagi dalam masa yang berbeda.
Saudara. Dialah yang membuat kita faham. Mengapa akhirnya Mush’ab bin Umair lebih membela saudara muslimnya daripada membebaskan adiknya yang tertawan saat perang.
Saudara. Dialah yang menerima kekurangan kita. Bahkan seringkali melupakan kekurangan kita. Menutupi aib-aib kita dan memilih untuk memaksimalkan potensi kita dalam menjalani kehidupan.
 Saudara. Dialah yang menjadi penguat kita saat keimanan melemah. Bisa juga, ia yang akan menyesatkan kita sehingga kita terjebak hingga kematian menjelang
Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al- Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (al-Furqan [25]:27-29)
Lalu, sudah sampai dimana engkau menganggap orang yang di sisimu sebagai Saudaramu? Sudahkah engkau memperhatikan baik-baik wajahnya, bukankah telah tampak wajah kelelahan? Tapi, bukankah ia selalu berusaha untuk terus membersamaimu dalam menegakkan agama-Nya? Lalu, dalam pandanganmu, apakah kau berharap ia yang kelak akan engkau temui di jannah-Nya?
Sudahkah engkau mengucapkan kata cinta kepadanya? Mencintainya Karena Allah? Mencintainya karena dipertemukan Allah di jalan-Nya? Sudahkah engkau menerima nasihat-nasihat dari dirinya? Sedihkah? Atau bahagia?
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhori dan Muslim)
Lalu, sudahkah komitmen untuk terus saling menguatkan dan mengingatkan engkau perbaharui dengan saudaramu setiap hari?
Jika seseorang bisa berkata, “Orang sanguinis dan melankolis faktanya di dunia nyata akan saling menyakiti.” Maka bolehkah aku berujar, “Ya, mereka akan saling menyakiti, tapi tidak di jalan ini. Tidak pada kami. Karena kami adalah muslim. Kami adalah satu tubuh. Dan kami akan saling melindungi karena-Nya.”
Semoga Allah yang senantiasa melindungi hati-hati kita, membantu meluruskan kita, dan senantiasa memberikan keberkahan dalam persaudaraan kita. Mencintai saudara kita karena Allah. Mencintai mereka di jalan Allah. Karena di jalan ini, sekalipun dengan tertatih atau merangkak, akan kita lewati bersama.
#KitaAdalahSaudara,  teman-teman seperjuangan di jalan dakwah, di manapun kalian semoga Allah kelak mempertemukan kita di jannah-Nya. Yaa Muqallibal Quluub, Tsabit Qulubana ‘Alaa Diinik..

Sabtu, 12 April 2014

Anak, Engkau Harapan Kami

Posted by DEW 1 FULDFK on 07.14 with No comments
Anak adalah individu yang unik. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak adalah jembatan yang harus dilalui untuk mencapai masa dewasa agar dapat berperan di masyarakat, menjadi estafet kepemimpinan bangsa , dan menjadi benih yang akan menjadi pohon penyejuk untuk menaungi panasnya suhu bangsa. Akan tetapi, jika benihnya adalah ilalang, maka akan menjadi penghalang. Maksudnya, jika anak-anak bangsa terpuruk moral dan perilakunya karena zaman, maka bukan akan menjadi penyejuk tapi akan menjadi beban bangsa ini dan terus pada keterpurukannya. Hal lain yang perlu diingat bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak berbeda dengan segala keunikannya. Pertumbuhan akan mudah dinilai dari perubahan fisik. Dan perkembangan sebagai proses menuju kedewasaan inilah yang menjadi aspek pembentukan pribadi. Keduanya penting, sama halnya dengan pentingnya sehat fisik dan psikis.
Berita yang mendunia tidak menyangkal bukti bahwa Indonesia tengah sakit, anak-anak di dunia terkhusus Indonesia yang tengah sakit. Tidak salah mengartikannya karena definisi sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. 
Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan dokter handal yang mampu menyelamatkan anak-anak ini dari ancaman penyakit era modern dengan menjalankan fungsi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter itu dapat berawal dari rumah sebagai madrasah pertama atau dokter pendidikan di sekolah-sekolah umum bahkan dengan penguatan fungsi agama sebagai ideologi hidup manusia. Perlu diingat bahwa penyakit yang mewabah bukan soal fisik semata. Selain itu parameter keberhasilan dapat diprediksi jika semua lini struktural terlibat, bahu membahu membasmi parasit jenis baru ini. Namun sebaliknya jika kita semakin larut menikmati kejayaan semu yang ditawarkan zaman tanpa antisipasi dampak-dampak buruknya, parameter kehancuran bangsa juga dapat diprediksi, karena sakitnya para generasi emas bangsa.

Kesulitan akan kita dapati terkait definisi anak berdasarkan usia karena setiap negara mempunyai batasan tersendiri. WHO(2003) mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun. Dan menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan dan Pengadilan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan. Namun yang perlu diperhatikan, bahwa anak kecil, remaja, atau mahasiswa adalah anak-anak bangsa, yang lahir dalam asuhan ibu pertiwi. Kalian bahkan penulis adalah penerus kepemimpinan ini.


Adapun permasalahan anak Indonesia sangat kompleks sehingga perlu pembahasan yang lebih banyak.  Beberapa data statistik dapat menjadi gambaran wajah Indonesia.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional(BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku tingkat pendidikan SD sampai tahun 2007 berjumlah 12.858 korban. Data terbaru tahun 2013, pemakai narkoba mencapai 3,6 juta dan 22% berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena meningkatnya kasus narkoba, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam.  Laporan tentang perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sangat mencengangkan. Kasus HIV baru yang dilaporkan dari Juli-September 2012 sebanyak 5.489 kasus, dengan distribusi kelompok umur 25-49 tahun (73,7%) diikuti kelompok umur 20-24 tahun(15,0%) dan kelompok umur >50 tahun (4,5%). Sedangkan kasus AIDS baru yang dilaporkan adalah 1.317 kasus. Dan distribusi penderita HIV/AIDS paling banyak adalah di DKI Jakarta dengan penyumbang besar kasus ini meliputi seks bebas dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba.

Kita akan bernapas lega karena tidak ada rentang usia anak dalam data tersebut. Lalu benarkah seperti itu keadaannya? Ada kontradiksi data BNN dan laporan perkembangan HIV/AIDS di Indonesia. Kita mungkin lupa, bahwa HIV/AIDS akan bermanifestasi lima sampai sepuluh tahun setelah terinfeksi. Jadi jika kasus baru kelompok umur 20 tahun muncul pada lima tahun pertama, maka saat usia 15 tahun telah terinfeksi virus ini. Penyakit HIV/AIDS hingga sekarang belum bisa disembuhkan dengan angka morbiditas dan mortalitasnya sangat tinggi.

Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia kala ini adalah double burden kesehatan anak, yaitu masalah gizi. Kabar penderita gizi buruk walaupun sporadis selalu muncul dari waktu ke waktu, dari dulu hingga sekarang. Permasalahan ini erat kaitannya dengan kemiskinan dan pemerataan pembangunan. Jadi, tidak adil jika terus menyalahkan pemerintah. Namun juga sangat tidak adil jika masalah ini terus menerus tidak terpecahkan, karena ini juga menyangkut masa depan anak Indonesia. Penyelesaian masalah ini terus diupayakan, salah satunya dengan MDGs(Millenium Development Goals) atau dkenal dengan delapan tujuan pembangunan milenium yang salah dua aspeknya adalah memberantas kemiskinan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Parameter keberhasilannya bisa kita lihat pada 2015 mendatang dan gambaran kemajuannya kita bisa lihat sekarang.


Yuk back to nature
 
Back to nature bukan berarti tidak menerima kemajuan. Banyak sekali hal baik dari negara lain yang bisa kita contoh seiring sempitnya batas antar negara karena globalisasi. Misalnya kedisplinan bangsa Jepang dan kemajuan negara-negara Eropa Amerika dalam memanfaatkan  teknologi. Back to Nature atau dalam bahasa Indonesianya adalah kembali ke alam. Maksudnya bisa mengembalikan lagi fungsi keluarga,nilai, norma, dan agama untuk dapat memfilter pengaruh buruk dan ancaman penyakit era modern. Dalam hal lifestyle, pentingnya edukasi untuk mempromosikan makanan sehat dan olahraga. Lagi-lagi, mari bentuk dokter handal dari kelurga. Pembentukan karakter individu kuat juga akan mampu menguatkan komunitasnya. Mulai dari diri sendiri.
 
            Dalam pertanyaan, apakah akan berhasil cara kuno seperti itu di tengah parahnya carut marut bangsa. Tugas kita sebagai bagian dari bangsa ini adalah berusaha, bahkan lebih tepatnya dengan mulai membangun diri sendiri menjadi pribadi yang sehat. Selain itu perlu ditekankan, bahwa tidak bisa hanya satu orang yang berperan. Semua lini harus terlibat untuk pembangunan negeri ini. Sehingga anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa adalah anak yang sehat.

Hal penting yang perlu diingat urgennya peran keluarga, yuk para muslimah menyiapkan diri untuk menjadi madrasah terbaik untuk anak, ^_^
Salam sehat anak bangsa 

by Nuraidah 
Departemen Humas IT