Senin, 30 Juni 2014
Keutamaan Mengkhatamkan Al Qur'an
Posted by DEW 1 FULDFK on 16.48 with No comments
Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan ada seseorang yang
bertanya kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang
paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang
ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir.
Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik (baca; khairul qurun) adalah karena mereka memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap Al-Qur’an. Sayid Qutub dalam bukunya Ma’alim Fii Ath-Thariq menyebutkan tiga faktor yang menjadi rahasia mereka mencapai generasi terbaik seperti itu. Pertama
karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber pegangan
hidup, sekaligus membuang jauh-jauh berbagai sumber-sumber kehidupan
lainnya. Kedua, ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan untuk tsaqafah,
pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan lainnya. Namun
tujuan mereka hanya semata-mata untuk mengimplementasikan apa yang
diinginkan Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka
membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika
jahiliyah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan,
yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat
pemikiran ataupun kebudayaan.
Tilawatul qur’an; itulah
kunci utama kesuksesan mereka. Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan,
“Usahakan agar Anda memiliki wirid harian yang diambil dari kitabullah
minimal satu juz per hari dan berusahalah agar jangan mengkhatamkan
Al-Qur’an lebih dari sebulan dan jangan kurang dari tiga hari.”
Keutamaan Membaca al-Qur’an
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Di antaranya:
1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat.
Dari
Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah
Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para
pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
2. Mendapatkan predikat insan terbaik.
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi)
3. Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir mambacanya.
Dari
Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca
Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para
malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
4. Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar.
“Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi
berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim)
5. Akan diangkat derajatnya oleh Allah
Dari
Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allahswt.
akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan
dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim)
6. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-Nya.
Dari
Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat
suci Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka
ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan
dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji)
mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an
a. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah
Dari
Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada
Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai
Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi,
“Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali
selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
b. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti pembagian ghanimah
Dari
Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan, “Barangsiapa yang menyaksikan
(mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai), maka seakan-akan
ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah. Dan barangsiapa yang
mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka seakan-akan ia mengikuti pembagian
ghanimah.” (HR. Addarimi)
c. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat
Dari
Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan, “Apabila
Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka malaikat
akan bersalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. Dan apabila khatam
bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat/ berdoa
untuknya hingga sore hati.” (HR. Addarimi.)
d. Mengikuti sunnah Rasulullah saw.
Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah saw. Hal ini tergambar dari hadits berikut: Dari
Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw.,
berapa lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?” Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku mampu
lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam
dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih dari itu,
wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas
hari.” “Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau
menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih
lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah
dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai
Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku. (HR. Tirmidzi)
Waktu mengkhatamkan Al-Qur’an
a. Keutamaan waktu yang dibutuhkan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an
Dari
Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah saw., beliau berkata,
“Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu untuk
lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang,
hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah
sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku
berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus
malarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari)
Hadits ini
menunjukkan batasan waktu paling minimal dalam membaca Al-Qur’an. Karena
dalam hadits lain terkadang beliau membatasi hanya boleh dalam 5 hari,
dan dalam hadits yang lain dalam tujuh hari. Maka dari sini dapat
disimpulkan, batasan paling cepat dalam mengkhatamkan Al-qur’an adalah
tiga hari.
b. Larangan untuk mengkhatamkan kurang dari tiga hari
Hadits
di atas juga mengisyaratkan larangan Rasulullah saw. untuk
mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Hikmah di balik larangan
tersebut, Rasulullah saw. katakan dalam hadits lain sebagai berikut:
Dari
Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak akan dapat memahami/menghayati Al-Qur’an, orang yang membacanya
kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud)
c. Rasulullah saw. tidak pernah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam
Dari
Aisyah ra, beliau mengatakan, “Aku tidak pernah tahu Rasulullah saw.
mengkhatamkan Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam hingga fajar.” (HR. Ibnu Majah)
Sunnah dalam teknis mengkhatamkan Al-Qur’an
Adalah
Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan apabila telah mendekati
kekhataman dalam membaca Al-Qur’an, beliau menyisakan beberapa ayat
untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan bersama.
Dari
Tsabit al-Bunnani, beliau mengatakan bahwa Anas bin Malik jika sudah
mendekati dalam mengkhatamkan Al-Qur’an pada malam hari, beliau
menyisakan sedikit dari Al-Qur’an, hingga ketika subuh hari beliau
mengumpulkan keluarganya dan mengkhatamkannya bersama mereka. (HR. Darimi)
Hikmah
yang dapat dipetik dari hadits Anas di atas, adalah bahwa ketika khatam
Al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa kepada Allah.
Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga, akan dapat memberikan
berkah kepada seluruh anggota keluarga. Karena, semuanya berdoa secara
bersamaan kepada Allah mengharapkan rahmat dan berkah dari-Nya.
Kiat-Kiat Agar Senantiasa Dapat Mengkhatamkan Al-Qur’an
Ada beberapa kiat yang barangkali dapat membantu dalam mengkhatamkan Al-Qur’an, di antaranya adalah:
1. Memiliki ‘azam’
yang kuat untuk dapat mengkhatamkannya dalam satu bulan. Atau dengan
kata lain memiliki azam untuk membacanya satu juz dalam satu hari.
2. Melatih diri dengan bertahap untuk dapat tilawah
satu juz dalam satu hari. Misalnya untuk sekali membaca (tanpa
berhenti) ditargetkan setengah juz, baik pada waktu pagi ataupun petang
hari. Jika sudah dapat memenuhi target, diupayakan ditingkatkan lagi
menjadi satu juz untuk sekali membaca.
3. Mengkhususkan waktu
tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak dapat diganggu gugat,
kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat penting. Hal ini
dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen membacanya setiap hari.
Waktu yang terbaik menurut penulis adalah ba’da subuh.
4.
Menikmati bacaan yang sedang dilantunkan oleh lisan kita. Lebih baik
lagi jika kita memiliki lagu tersendiri yang stabil, yang meringankan
lisan kita untuk melantunkannya. Kondisi seperti ini membantu
menghilangkan kejenuhan ketika membacanya.
5. Usahakan untuk
senantiasa membersihkan diri (baca: berwudhu’) terlebih dahulu sebelum
kita membaca Al-Qur’an. Karena kondisi berwudhu’, sedikit banyak akan
membantu menenangkan hati yang tentunya membantu dalam keistiqamahan
membaca Al-Qur’an.
6. Membaca-baca kembali mengenai interaksi
generasi awal umat Islam, dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik dari
segi tilawah, pemahaman ataupun pengaplikasiannya.
7. Memberikan iqab
atau hukuman secara pribadi, jika tidak dapat memenuhi target membaca
Al-Qur’an. Misalnya dengan kewajiban infaq, menghafal surat tertentu,
dan lain sebagainya, yang disesuaikan dengan kondisi pribadi kita.
8.
Diberikan motivasi dalam lingkungan keluarga jika ada salah seorang
anggota keluarganya yang mengkhatamkan al-Qur’an, dengan bertasyakuran
atau dengan memberikan ucapan selamat dan hadiah.
Mengkhatamkan
Al-Qur’an merupakan sifat Rasulullah, para sahabat, salafuna shaleh, dan
orang-orang mukmin yang memiliki ketakwaan kepada Allah. Seyogyanya,
kita juga dapat memposisikan Al-Qur’an sebagaimana mereka memiliki
semangat, meskipun kita jauh dari mereka.
“Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (An-Ankabut: 69).
Sumber: Dakwatuna
Oh ya ikhwafillah, FULDK mengadakan lomba penulisan puisi, essay, cerpen dan poster dengan tema "Al Qur'an, Take Highest Quality Ramadhan
Infonya bisa dicek di website FULDFK, Medicalzone-Website Resmi FULDFK
Selasa, 29 April 2014
Agenda Muslimah : Muscina 2014
Posted by DEW 1 FULDFK on 07.51 with 4 comments
Di
penghujung Maret, Bidang Keputrian FSI Ibnu Sina FK Unila menyelenggarakan
acara tahunan yang bernama Muscina (Muslimah Cerdas ala Ibnu Sina)
Kali
ini kami mengangkat tema, ”Sebaik-baik
Perhiasan Dunia, Semulia Bidadari Syurga”
Muscina
adalah sebuah acara kemuslimahan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
setiap muslimah agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik, bermanfaat dan
produktif melalui seminar dan talk show.
Sejalan
dengan tujuan tersebut, maka kami memadukan tiga acara yang dikemas cantik
dalam satu hari.
Muscina tahun ini diadakan pada Hari Sabtu 29 Maret 2014
bertempat di Gedung C FK Unila lantai 3.
Setelah
melalui berbagai persiapan sebelum hari H, Here
comes this day..
Panitia
sudah stand by sejak pukul 06.00
pagi.
Pukul
07.00 peserta sudah mulai berdatangan untuk registrasi.
Di
sepanjang rute menuju tempat acara, panitia menyajikan beberapa hal menarik; photobooth
dengan latar sayap peri, testimoni dalam papan, dan selembar kain untuk ditandatangani
sebagai pernyataan dukungan jilbab syar’i.
Acara
dibuka dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana , Sartika Safitri, Ketua Umum FSI Ibnu Sina,
Gulbuddin Hikmatyar, dan dibuka secara resmi oleh Bapak Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung Dr. Sutyarso, M. Biomed.
Acara
pertama adalah Seminar Kesehatan oleh dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp. OG
dengan materi “Muslimah Cerdas Mewaspadai
Kanker Serviks”.
dr. Ratna selaku narasumber menyampaikan materi dengan
sangat apik. Beliau memaparkan kondisi zaman ini, banyak sekali wanita yang menunjukkan
lesi pre-kanker pada serviksnya padahal usianya masih sangat belia.
Dokter cantik ini mengaitkan tentang keistimewaan wanita muslimah dalam
islam yang secara otomatis menjauhkan dirinya dari hal-hal yang menimbulkan kemudhorotan seperti larangan menikah kontrak, berhubungan pra
nikah, dan memakai pakaian yang ketat.
Beliau juga memberikan tips-tips mencegah kanker serviks dengan bahasa yang
menarik dan mudah dimengerti sehingga para peserta yang berasal dari FK maupun non-FK
mengangguk faham.
Acara kedua yaitu talk show
interaktif bersama Forum Lingkar Pena dengan tema “Muslimah Produktif dengan Menulis”. Kami mendatangkan dua narasumber yakni Mba Naqiyyah Syam selaku ketua FLP
Lampung dan Mba Maya Upitasari yang merupakan anggota FLP Australia.
Acara diawali dengan pemutaran video perkenalan dari FLP dilanjutkan dengan
tanya jawab seputar tulis-menulis yang diperantarai oleh sang moderator,
seorang dokter muda bernama Nora Ramkita.
Tak
terlihat peserta yang bosan atau mengantuk, semuanya antusias mendengarkan
paparan narasumber. Beliau berdua berbagi
cerita mulai dari pengalaman pertama mereka di dunia tulis-menulis
hingga bagaimana agar dapat menuai karya yang bermanfaat untuk kebaikan ummat
dengan menulis.
Setelah
Ishoma, tibalah acara puncak yakni Seminar Kemuslimahan dengan tema “Your Beauty Starts From Syar’i”. Kami
mendatangkan pemateri langsung dari depok.
Beliau
adalah Mba Amalia Dian Ramadhin yang akrab disapa Mba Amal. Beliau adalah
founder Tim SPJ (Solidaritas Peduli Jilbab) serta admin dari @pedulijilbab dan
@jilbabwalimah.
Acara
diawali dengan perkenalan dan sejarah lahirnya @pedulijilbab dan dilanjutkan dengan
materi “Your Beauty Starts From Syar’i.
Meski
sudah siang para peserta sangat antusias menyimak pesan-pesan indah dalam
rangkaian kalimat yang disampaikan mba Amal. Beberapa peserta meneteskan air
mata haru mendengar cerita penuh hikmah yang disampaikan Mba Amal.
Waktu
terus bergulir, acara terkahir pun berakhir sudah. Setelah pemberian plakatdan
cinderamata khas Lampung kepada pemateri, acara ditutup dengan do’a dan foto
bersama.
Berakhirlah rangkaian acara Muscina tahun ini dengan kesan yang amat
berarti.
Semoga setelah acara ini para muslimah dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapat. Bagi yang belum berjilbab segera berjilbab, bagi yang sudah berjilbab
menjadi syar’i, dan bagi yang sudah syar’i semoga senantiasa istiqomah. Aamiin.
Hanifah
Rahmania
(Kemuslimahan DEW 1)
Senin, 21 April 2014
Saudara Dakwah
Posted by DEW 1 FULDFK on 09.06 with No comments
Perjalanan ini, suka atau tidaknya, jauh atau panjangnya, tak akan pernah kita alami sendirian. Begitupula dengan kehidupan, berat atau ringannya, kita akan didampingi oleh beragam orang yang menghiasi segala jejak perjalanan. Bisajadi, mereka hanya sebentar, sekedar digunakan untuk bertanya, “Dimana lokasi Gramedia Ciputat?” Atau, “Bagaimana caranya menjadi hacker?” dan sebagainya. Atau, bisa jadi orang itu mendampingii kita dalam waktu yang lama, atau mungkin sangat lama.
Oleh karenanya, izinkan saya mengganti kata teman kata saudara. Sahabat, kata itu menjadi satu kata indah, kata yang dahulu Rasulullah sematkan kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Saudara. Persaudaraan. Bahkan, Rasulullah menyampaikan sendiri apa itu makna persaudaraan
Kata beliau, “Belalah saudaramu, baik ia berlaku aniaya, maupun teraniaya.” Ketika beliau ditanya oleh seseorang, “Bagaimana cara membantu orang yang menganiaya?” Jawab beliau, “Engkau halangi dia agar tidak berbuat aniaya, yang demikian itulah pembelaan baginya.” (Hr. Bukhari melalui Anas bin Malik)
Saudara. Dialah yang membantu kita dalam mengarungi perjalanan ini. Kedekatannya seakan-akan ia adalah bagian dari keluarga kandung kita. Padahal, jika kita ingat, perkenalan kita mungkin hanya beberapa tahun, atau bisa baru beberapa bulan. Tapi kepercayaan, pandangan mata teduh itu, senyum yang tersajikan, lisan nasihat itu, rasanya seperti sudah bertemu mereka pada masa sebelumnya dan kemudian dipertemukan lagi dalam masa yang berbeda.
Saudara. Dialah yang membuat kita faham. Mengapa akhirnya Mush’ab bin Umair lebih membela saudara muslimnya daripada membebaskan adiknya yang tertawan saat perang.
Saudara. Dialah yang menerima kekurangan kita. Bahkan seringkali melupakan kekurangan kita. Menutupi aib-aib kita dan memilih untuk memaksimalkan potensi kita dalam menjalani kehidupan.
Saudara. Dialah yang menjadi penguat kita saat keimanan melemah. Bisa juga, ia yang akan menyesatkan kita sehingga kita terjebak hingga kematian menjelang
Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al- Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (al-Furqan [25]:27-29)
Lalu, sudah sampai dimana engkau menganggap orang yang di sisimu sebagai Saudaramu? Sudahkah engkau memperhatikan baik-baik wajahnya, bukankah telah tampak wajah kelelahan? Tapi, bukankah ia selalu berusaha untuk terus membersamaimu dalam menegakkan agama-Nya? Lalu, dalam pandanganmu, apakah kau berharap ia yang kelak akan engkau temui di jannah-Nya?
Sudahkah engkau mengucapkan kata cinta kepadanya? Mencintainya Karena Allah? Mencintainya karena dipertemukan Allah di jalan-Nya? Sudahkah engkau menerima nasihat-nasihat dari dirinya? Sedihkah? Atau bahagia?
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhori dan Muslim)
Lalu, sudahkah komitmen untuk terus saling menguatkan dan mengingatkan engkau perbaharui dengan saudaramu setiap hari?
Jika seseorang bisa berkata, “Orang sanguinis dan melankolis faktanya di dunia nyata akan saling menyakiti.” Maka bolehkah aku berujar, “Ya, mereka akan saling menyakiti, tapi tidak di jalan ini. Tidak pada kami. Karena kami adalah muslim. Kami adalah satu tubuh. Dan kami akan saling melindungi karena-Nya.”
Semoga Allah yang senantiasa melindungi hati-hati kita, membantu meluruskan kita, dan senantiasa memberikan keberkahan dalam persaudaraan kita. Mencintai saudara kita karena Allah. Mencintai mereka di jalan Allah. Karena di jalan ini, sekalipun dengan tertatih atau merangkak, akan kita lewati bersama.
#KitaAdalahSaudara, teman-teman seperjuangan di jalan dakwah, di manapun kalian semoga Allah kelak mempertemukan kita di jannah-Nya. Yaa Muqallibal Quluub, Tsabit Qulubana ‘Alaa Diinik..
Sabtu, 12 April 2014
Anak, Engkau Harapan Kami
Posted by DEW 1 FULDFK on 07.14 with No comments
Anak adalah
individu yang unik. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak adalah jembatan
yang harus dilalui untuk mencapai masa dewasa agar dapat berperan di
masyarakat, menjadi estafet kepemimpinan bangsa , dan menjadi benih yang akan
menjadi pohon penyejuk untuk menaungi panasnya suhu bangsa. Akan tetapi, jika
benihnya adalah ilalang, maka akan menjadi penghalang. Maksudnya, jika
anak-anak bangsa terpuruk moral dan perilakunya karena zaman, maka bukan akan menjadi
penyejuk tapi akan menjadi beban bangsa ini dan terus pada keterpurukannya. Hal
lain yang perlu diingat bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak berbeda
dengan segala keunikannya. Pertumbuhan akan mudah dinilai dari perubahan fisik.
Dan perkembangan sebagai proses menuju kedewasaan inilah yang menjadi aspek
pembentukan pribadi. Keduanya penting, sama halnya dengan pentingnya sehat
fisik dan psikis.
Berita yang mendunia tidak menyangkal bukti
bahwa Indonesia tengah sakit, anak-anak di dunia terkhusus Indonesia yang
tengah sakit. Tidak salah mengartikannya karena definisi sehat menurut WHO
adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang
tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Oleh
karena itu, Indonesia membutuhkan dokter handal yang mampu menyelamatkan
anak-anak ini dari ancaman penyakit era modern dengan menjalankan fungsi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter itu dapat berawal dari
rumah sebagai madrasah pertama atau dokter pendidikan di sekolah-sekolah umum
bahkan dengan penguatan fungsi agama sebagai ideologi hidup manusia. Perlu
diingat bahwa penyakit yang mewabah bukan soal fisik semata. Selain itu
parameter keberhasilan dapat diprediksi jika semua lini struktural terlibat, bahu
membahu membasmi parasit jenis baru ini. Namun sebaliknya jika kita semakin
larut menikmati kejayaan semu yang ditawarkan zaman tanpa antisipasi
dampak-dampak buruknya, parameter kehancuran bangsa juga dapat diprediksi,
karena sakitnya para generasi emas bangsa.
Kesulitan akan kita dapati terkait
definisi anak berdasarkan usia karena setiap negara mempunyai batasan
tersendiri. WHO(2003) mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun. Dan
menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan dan Pengadilan Anak, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.
Namun yang perlu diperhatikan, bahwa anak kecil, remaja, atau mahasiswa adalah
anak-anak bangsa, yang lahir dalam asuhan ibu pertiwi. Kalian bahkan penulis
adalah penerus kepemimpinan ini.
Adapun permasalahan anak Indonesia sangat kompleks sehingga perlu pembahasan yang lebih banyak. Beberapa data statistik dapat menjadi gambaran wajah Indonesia.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional(BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku tingkat pendidikan SD sampai tahun 2007 berjumlah 12.858 korban. Data terbaru tahun 2013, pemakai narkoba mencapai 3,6 juta dan 22% berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena meningkatnya kasus narkoba, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Laporan tentang perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sangat mencengangkan. Kasus HIV baru yang dilaporkan dari Juli-September 2012 sebanyak 5.489 kasus, dengan distribusi kelompok umur 25-49 tahun (73,7%) diikuti kelompok umur 20-24 tahun(15,0%) dan kelompok umur >50 tahun (4,5%). Sedangkan kasus AIDS baru yang dilaporkan adalah 1.317 kasus. Dan distribusi penderita HIV/AIDS paling banyak adalah di DKI Jakarta dengan penyumbang besar kasus ini meliputi seks bebas dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba.
Kita akan bernapas lega karena tidak ada rentang usia anak dalam data tersebut. Lalu benarkah seperti itu keadaannya? Ada kontradiksi data BNN dan laporan perkembangan HIV/AIDS di Indonesia. Kita mungkin lupa, bahwa HIV/AIDS akan bermanifestasi lima sampai sepuluh tahun setelah terinfeksi. Jadi jika kasus baru kelompok umur 20 tahun muncul pada lima tahun pertama, maka saat usia 15 tahun telah terinfeksi virus ini. Penyakit HIV/AIDS hingga sekarang belum bisa disembuhkan dengan angka morbiditas dan mortalitasnya sangat tinggi.
Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia kala ini adalah double burden kesehatan anak, yaitu masalah gizi. Kabar penderita gizi buruk walaupun sporadis selalu muncul dari waktu ke waktu, dari dulu hingga sekarang. Permasalahan ini erat kaitannya dengan kemiskinan dan pemerataan pembangunan. Jadi, tidak adil jika terus menyalahkan pemerintah. Namun juga sangat tidak adil jika masalah ini terus menerus tidak terpecahkan, karena ini juga menyangkut masa depan anak Indonesia. Penyelesaian masalah ini terus diupayakan, salah satunya dengan MDGs(Millenium Development Goals) atau dkenal dengan delapan tujuan pembangunan milenium yang salah dua aspeknya adalah memberantas kemiskinan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Parameter keberhasilannya bisa kita lihat pada 2015 mendatang dan gambaran kemajuannya kita bisa lihat sekarang.
Yuk back to nature
Back
to nature bukan berarti tidak menerima kemajuan. Banyak sekali hal baik
dari negara lain yang bisa kita contoh seiring sempitnya batas antar negara
karena globalisasi. Misalnya kedisplinan bangsa Jepang dan kemajuan
negara-negara Eropa Amerika dalam memanfaatkan
teknologi. Back to Nature atau
dalam bahasa Indonesianya adalah kembali ke alam. Maksudnya bisa mengembalikan
lagi fungsi keluarga,nilai, norma, dan agama untuk dapat memfilter pengaruh
buruk dan ancaman penyakit era modern. Dalam hal lifestyle, pentingnya edukasi untuk mempromosikan makanan sehat dan
olahraga. Lagi-lagi, mari bentuk dokter handal dari kelurga. Pembentukan
karakter individu kuat juga akan mampu menguatkan komunitasnya. Mulai dari diri
sendiri.
Dalam
pertanyaan, apakah akan berhasil cara kuno seperti itu di tengah parahnya carut
marut bangsa. Tugas kita sebagai bagian dari bangsa ini adalah berusaha, bahkan
lebih tepatnya dengan mulai membangun diri sendiri menjadi pribadi yang sehat. Selain itu perlu ditekankan, bahwa tidak bisa
hanya satu orang yang berperan. Semua lini harus terlibat untuk pembangunan
negeri ini. Sehingga anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa adalah anak
yang sehat.
Hal penting yang perlu
diingat urgennya peran keluarga, yuk para muslimah menyiapkan diri untuk
menjadi madrasah terbaik untuk anak, ^_^
Salam sehat anak bangsa
by Nuraidah
Departemen Humas IT
Langganan:
Postingan (Atom)